Rosella, Korban Semeru Abdikan Diri Jadi Relawan
lintas86.com, Lumajang - Hampir dua pekan pasca terjadinya bencana dampak awan panas guguran (APG) yang terjadi di Gunung Semeru Kabupaten Lumajang Jawa Timur
Hingga saat ini, upaya pencarian korban dan bantuan terus dikerahkan oleh petugas kdan para relawan gabungang yang bertugas dalam operasi tersebut
Namun ada hal yang menarik, salah satu penyintas, Rosella Wardani, warga Desa Curah Kobokan memilih mengabdikan dirinya menjadi relawan Palang Merah Indonesia (PMI) guna membantu proses pelayanan yang saat ini terus dilakukan oleh PMI di Posko Pelayanan terpadu yang berlokasi di Penanggal, Kec. Candipuro.
Rosella harus memilih antara Perjuangan membantu keluarga yang terdampak di pengungsian serta tugas kemanusiaan yang di emban relawan PMI.
Dengan berkaca kaca rosella menceritakan kisahnya pada saat terjadinya awan panas guguran yang menyelimuti kampung halamannya. Selama hidupnya ia tinggal di rumah yang sekarang hancur karena dampak dari Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru semuanya hanya tinggal kenangan baginya.
Namun, dengan kondisinya yang seperti itu, ia menjadi lebih kuat, mencoba memahami semua kejadian yang menimpa dia bersama keluarga tercintanya sebagai sebuah cobaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Menjadi sukarelawan adalah pelampiasan dirinya agar tidak kembali memikirkan kejadian yang telah ia alami. Membantu masyarakat mulai dari evakuasi korban, melakukan pendataan tetangganya yang selamat, hingga membantu menyediakan makanan bagi para relawan dan masyarakat.
"Dengan membantu tetangga, saudara, dan masyarakat membuat saya lupa atas apa yang sudah saya alami bersama keluarga. Memotivasi diri saya sendiri agar menjadi manusia yang lebih tabah dan menerima kehendakNya" ujar Rosella saat ditemui di Posko Utama PMI, Desa Penanggal, Kec. Candipuro, senin lalu.
Dalam kesehariannya setelah terjadinya musibah tersebut, Rosella selalu membuat dirinya menjadi lebih sibuk dari biasanya. Saya sampai sekarang lupa waktu, sekarang hari apa, tanggal berapa, saya nggak tahu, karena jika saya ingat, saya pasti ingat kejadian hari itu. Saya hanya ingat waktu sholat, udah itu aja, tambahnya.
Mengalami musibah seperti itu tidaklah mudah bagi Rosella, ia sempat mengalami trauma psikologis terhadap suara sirine ambulans, ketika ambulans melintas dengan suara sirine ia langsung panik, dan kembali memikirkan kejadian saat desa dan rumahnya hancur terkena dampak APG Gunung Semeru. Jika saya tidak melakukan apapun saya akan merasa lebih terpuruk, dan tidak akan pernah bangkit dari musibah ini. Saya tanamkan di pikiran saya, jika apa yang saya lakukan adalah salah, saya harus bisa mengatasinya, saya harus bangkit, tambahnya. (*)