10 Contoh Kultum Ramadhan 7 Menit
Kultum ini biasanya disampaikan oleh
pendakwah, ustazd, tokoh atau para kyai yang memiliki tanggung jawab untuk
mengisi sesi tersebut.
Meskipun hanya berdurasi singkat
yakni sekitar 5-7 menit saja, namun ada banyak tema atau pesan yang bisa
diangkat dalam kultum Ramadhan ini.
Tema-tema tersebut tak hanya
berkisar pada puasa Ramadhan saja, tapi juga bisa mengangkat berbagai keutamaan
ibadah lainnya.
Berikut ini pun kami sajikan kumpulan contoh kultum puasa Ramadhan yang singkat dan lengkap berbagai tema, dikutip dari berbagai sumber.
Berikut Contoh Kultum Ramadhan 7 Menit
Contoh 1
Keistimewaan Puasa
Dalam banyak riwayat dijelaskan
bahwa puasa memiliki beberapa keistimewaan dibanding ibadah-ibadah pada
umumnya. Salah satu hadits yang menjelaskan kelebihan puasa dibanding ibadah
lainnya adalah hadits qudsi berikut,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ
الصِّيَام، فَإنَّهُ لِي وَأنَا أجْزِي بِهِ
Artinya, "Semua amal perbuatan
anak Adam -yakni manusia- itu adalah untuknya, melainkan berpuasa, karena
sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan
dengannya.”
Secara substansi hadits qudsi tersebut
ingin menyampaikan bahwa ibadah puasa memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah
SWT. Kata “untuk-Ku” adalah bentuk penyandaran ibadah puasa kepada Allah swt
yang menunjukkan betapa puasa merupakan ibadah yang memiliki kedudukan lebih
dibanding ibadah lainnya.
Dalam beberapa hal, penyandaran
sesuatu kepada Allah swt juga terjadi. Seperti kata Ka’bah yang memiliki nama
lain Baitullah (rumah Alllah). Kata bait disandarkan pada kata Allah. Ini
menunjukkan bahwa Ka’bah merupakan tempat yang memiliki kedudukan tinggi
dibanding tempat-tempat lainnya.
Dari hadits tersebut, ada satu hal
yang perlu kita garis bawahi yaitu kalimat “karena sesungguhnya puasa itu
adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya”. Kalau kita
cermati, pasti muncul sebuah pertanyaan besar; bukankah semua ibadah itu akan
dibalas oleh Allah swt? Lalu mengapa dalam hadits di atas seolah hanya puasa
yang langsung dibalas oleh-Nya? Seolah menegasikan ibadah-ibadah yang lainnya.
Para ulama berbeda pendapat dalam
mengartikan hadits tersebut. Mengapa puasa memiliki keistimewaan di sisi Allah
swt dibanding amal ibadah lainnya? Berikut beberapa pendapat di antaranya.
Pertama, puasa adalah ibadah yang
tidak bisa terjerumus dalam riya (pamer). Puasa merupakan ibadah yang bersifat
abstrak. Artinya ibadah puasa tidak memiliki gerakan yang bisa membedakan
antara orang yang sedang berpuasa dengan yang tidak.
Berbeda dengan ibadah lainnya.
Seperti shalat, haji, zakat dan lainnya. Antara orang yang sedang shalat dengan
yang tidak, bisa kita bedakan dengan mudah, karena shalat bisa dilihat dengan
gerakan yang bisa membedakan mana yang sedang shalat dan mana yang bukan.
Antara orang yang sedang
melaksanakan haji dengan yang tidak juga demikian, karena haji memiliki gerakan
yang bisa membedakan antara mana yang sedang haji dan mana yang bukan. Meskipun
puasa bisa terjerumus dalam sifat riya (pamer), itu pun hanya bisa diungkapkan
dengan ucapan. Misal ada orang berpuasa, dengan maksud memamerkan puasanya, ia
berkata, “Saya ini sedang berpuasa, loh.” Tapi, sekali lagi, itu hanya bisa
diperlihatkan dengan ucapan. Berbeda dengan ibadah lainnya yang bila terjerumus
dalam riya melalui gerakan atau pun ucapan.
Kedua, puasa mampu melumpuhkan
setan. Saat sedang berpuasa, maka kita akan menahan diri untuk tidak makan dan
minum sampai waktu magrib tiba.
Ketika makanan dan minuman tidak
masuk dalam tubuh, maka nafsu (syahwat) dalam diri akan terkendali. Sementara
nafsu (syahwat) merupakan pintu masuk utama bagi setan untuk menjerumuskan
manusia dalam lembah maksiat.
Ketiga, pahala puasa lebih besar
dibanding ibadah lainnya. Menurut Al-Qurtubi, setiap amal ibadah sudah
ditentukan besar pahala yang diperoleh, dari mulai dilipatkan 10 kali, 700
kali, dan sampai yang Allah kehendaki.
Keempat, pahala melihat Allah SWT. Dalam kitab Durrah an-Nashihin (hal. 13), Syekh Utsman Syakir dengan mengutip pernyataan Abul Hasan menjelaskan, bahwa semua amal ibadah akan mendapatkan balasan berupa surga. Berbeda dengan puasa, pahalanya adalah bersua langsung dengan Allah swt di akhirat nanti, tanpa ada penghalang apapun.
Contoh 2
Ramadan Penuh Berkah
Saudara muslimku yang berbahagia,
sesungguhnya kita mendapatkan rahmat dan berkat yang luar biasa dari Allah SWT,
yang mana hingga pada hari ini, kita masih diberi kesempatan untuk merasakan
kenikmatan ibadah di bulan suci ramadhan.
Berpuasa menjadi ibadah yang wajib
untuk kita lakukan. Tujuan menjalankan puasa ramadhan yaitu untuk mendapat
derajat taqwa di sisi Allah. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah ayat 18).
Dari ayat tersebut, kita dapat
mengetahui bahwa kewajiban berpuasa telah ada bahkan sejak zaman dahulu.
Bahkan, puasa sudah dikenal bahkan sejak zaman Mesir Kuno dan bahkan meluas
sampai ke Yunani hingga Romawi. Allah pun mengabarkan kepada umat Rasulullah,
bahwa puasa hukumnya wajib. Ketika tahu bahwa puasa hukumnya wajib, maka hal
ini akan terasa ringan dilaksanakan.
Bentuk ketaqwaan seorang muslim juga
dapat dilihat dari caranya berpuasa. Pertama, orang yang berpuasa wajib
meninggalkan perkara yang dilarang oleh Allah, entah itu makan, minum, jima’
dan lain-lain.
Kedua, orang berpuasa sebenarnya
mampu melakukan kesenangan-kesenangan yang bersifat duniawi. Akan tetapi, orang
yang memahami hakikat bulan ramadhan tentu akan lebih memilih untuk
memperbanyak amal ibadah dibanding melakukan sesuatu yang tidak berfaedah. Hal
ini juga dapat menjadi latihan emosional sekaligus spiritual yang berguna untuk
mengasah ketaqwaan.
Ketiga, orang yang berpuasa dan kuat
imannya akan lebih sadar bahwa Allah SWT mengawasinya. Sehingga, mereka akan
lebih mampu mengendalikan diri untuk menahan hawa nafsu dan meninggalkan
perkara yang membuat Allah murka.
Selain itu, berpuasa di bulan
ramadhan juga dapat memberikan hikmah tersendiri bagi muslim yang taat
menjalankannya. Hikmah tersebut yaitu:
Mendekatkan diri kepada Allah, mengendalikan hawa nafsu, membiasakan hidup teratur, disiplin waktu, melatih rasa empati dan menumbuhkan kasih sayang, kesetaraan bagi yang kaya dan miskin, melatih berakhlak mulia, dan melatih kecerdasan emosional.
Contoh 3
Kisah Rasulullah
Dikisahkan pada suatu hari
Rasulullah SAW berkunjung ke rumah seorang wanita bernama Ummu 'Umarah. Begitu
Rasulullah datang Ummu 'Umarah segera mempersilahkan beliau masuk. Tak lama
kemudian, ia segera menghidangkan makanan untuk beliau.
Rasulullah sangat dikenal
menghormati pemilik rumah. Ketika diberikan hidangan, beliau pun menyantapnya.
Namun ketika beliau melihat pemilik rumah tidak ikut makan, beliau berkata
"Makanlah, wahai Ummu 'Umarah!" Kemudian Ummu menjawab "Saya
sedang berpuasa”. sangat senang mendengar salah satu kaumnya berpuasa. Kemudian
beliau bersabda,
"Sesungguhnya orang yang
berpuasa itu selalu didoakan oleh Malaikat. Terutama jika ada orang yang makan
di tempatnya. Orang berpuasa itu akan didoakan hingga orang makan itu selesai
menyantap makanannya”.
Dari apa yang telah dikatakan
Rasulullah, Ummu 'Umarah sangat bersyukur. Ia secara langsung mendapatkan
pelajaran tentang berpuasa dari Rasulullah SAW.
Dalam kesempatan lain, Rasulullah
bersabda, "Barang siapa yang memberi buka orang yang berpuasa, ia mendapat
pahala seperti seperti pahala orang yang berpuasa itu.Tanpa mengurangi sedikit
pun pahala orang yang berpuasa itu”.
Tak hanya itu, perintah berpuasa
juga difirmankan dalam Alquran oleh Allah SWT, Surat Al Baqarah.
"Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelummu,
agar kamu bertaqwa." (Q. S. Al Baqarah (2):183)
Ibadah puasa memang memiliki
kedudukan tersendiri di sisi Allah SWT. Di mana Allah akan memberikan pahala
yang berlipat ganda sesuai kualitas puasa yang dilakukan oleh seorang hambaNya.
Semakin tinggi kualitas puasanya, maka semakin banyak pula pahala yang
didapatkannya. Artinya puasa yang dilakukannya, bukanlah satu aktivitas untuk
menahan tidak makan dan minum belaka
Puasa merupakan peribadatan yang
utama yang dicintai oleh Allah SWT dan Rasulullah. Dalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. menyatakan sabda Rasulullah.
"Setiap anak Adam akan
dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan
sampai 700 kali lipat. Allah SWT berfirman: Kecuali puasa, mama Aku akan
membalas orang yang mengerjakannya karena dia telah meninggalkan keinginan
bahwa nafsunya dan makannya karena Aku”. (Shahih, HR. Muslim).
Perlu dijadikan catatan penting bahwa berpuasa tidak hanya menahan lapar dan haus serta hal lain yang dapat membatalkannya. Orang yang berpuasa juga harus menjaga lisan dan anggota tubuhnya dari hal yang diharamkan oleh Allah SWT.
Contoh 4
Shalat Tiang Agama
Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Puji dan syukur marilah kita
panjatkan kepada Allah Swt., yang sudah memberi nikmat berupa kesehatan hingga
hari ini. Tidak lupa selawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad saw., serta keluarga, para sahabat, sampai kepada kita umatnya yang
mudah-mudahan selalu taat mengikuti sunah-sunahnya.
Dalam kesempatan kali ini saya ingin
menyampaikan satu hadis yang maknanya begitu mendalam mengenai salat. Isi hadis
itu berbunyi:
"Salat adalah tiang agama,
barang siapa mendirikannya maka sungguh ia telah menegakkan agama (Islam) itu
dan barang siapa meninggalkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam)
itu." (Baihaqi)
Hadis di atas menggambarkan betapa
pentingnya salat. Bahkan salat diibaratkan sebagai tiang atau fondasi agama.
Bayangkan saja bila rumah didirikan
tanpa fondasi, apakah rumah itu bisa berdiri tegak? Tentu saja jawabannya
tidak!
Pun demikian dengan agama Islam,
jika kita tak mendirikan salat, roh Islam di dalam diri seorang Muslim akan
mudah roboh. Bahkan dalam hadis lain, Nabi Muhammad saw. pernah bersabda:
"Yang pertama kali ditanyakan
kepada seorang hamba pada hari kiamat adalah perhatian kepada salatnya. Jika
salatnya baik, dia akan beruntung (dalam sebuah riwayat disebutkan dia akan
berhasil). Dan jika salatnya rusak, dia akan gagal dan merugi." (Thabrani)
Maka artinya, salat merupakan ibadah
wajib yang tak bisa kita tinggalkan begitu saja. Sebab ia adalah tiang agama
dan merupakan amalan yang akan Allah Swt., hisab pertama kali di akhirat kelak.
Itulah kultum singkat tentang salat. Semoga ada manfaatnya. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Contoh 5
Kematian
Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakaatuh.
Puji syukur senantiasa kita haturkan
ke hadirat Allah Swt., yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya kepada
kita semua sehingga kita bisa berkumpul di tempat penuh barokah ini tanpa kekurangan
suatu apa pun.
Pada kesempatan kali ini, saya akan
menyampaikan ceramah singkat tentang kematian. Dalam Al-Qur'an surat Ali Imron
ayat 185 telah dijelaskan bahwa kematian pasti akan menghampiri setiap manusia
yang hidup di dunia.
Mengenai waktunya, tidak ada satu
pun manusia yang tahu kapan ajalnya akan menjemput. Ingat Saudaraku, kehidupan
ini hanyalah sementara. Kehidupan akhiratlah yang kekal.
Mulailah untuk banyak berbuat
kebaikan dan amalan sebagai bekal di akhirat kelak karena tidak ada yang bisa
menolong kita selain amal perbuatan kita sendiri. Allah Swt. telah menyiapkan
surga bagi orang-orang yang gemar berbuat baik dan Allah Swt. akan memasukkan
ke neraka bagi orang-orang yang lalai dalam kehidupannya di dunia.
Oleh karena itu, jangan sampai kita
terlena dengan keadaan yang ada di dunia yang fana ini. Itu semua hanyalah
bersifat sementara yang bisa diambil kapan pun oleh Allah. Demikianlah ceramah
singkat tentang kematian dari saya.
Semoga bisa menjadi pengingat dan menambah ketaatan kita. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Contoh 6
Tujuan Puasa
Assalamu’alaikum Warahmatullahhi
Wabarakatuh.
Puji syukur marilah kita panjatkan
kepada Allah SWT yang sudah memberikan limpahan nikmat yang tak terkira sampai
hari ini. Hingga akhirnya kita bisa bertemu kembali di Bulan Ramadhan yang
penuh berkah.
Tidak lupa, selawat serta salam
semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat,
hingga sampai kepada kita semua selaku umatnya.
Melalui kesempatan ini, izinkan saya
untuk menyampaikan sebuah kultum yang singkat mengenai tujuan puasa di bulan
Ramadan.
Sebelumnya, mari kembali kita
ucapkan rasa syukur terhadap Allah, sebab kita masih diberi kesempatan umur
oleh Allah untuk bertemu dengan bulan yang penuh kenikmatan ini. Mari sama-sama
ucapkan bacaan hamdalah "Alhamdulillahirabbil alamin,"
Mengenai anjuran berpuasa di bulan
Ramadan, sesungguhnya sudah Allah firmankan lewat ayat Al-Qur’an Al-Baqarah
ayat 183 yang berbunyi:
"Yaa ayuhaladzi na aamanuu
kutiba alaikumusyiam kamaa kutiba alalladzina min khoikikum laallakum
tatakuun"
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Dari penggalan ayat di atas jelas,
Allah mewajibkan berpuasa bagi setiap orang yang beriman. Melalui ayat
tersebut, Allah ingin kita menjalani puasa dengan maksud agar kita menjadi
orang yang bertakwa.
Maka dari itu, sebelum ketakwaan
dicapai bagi setiap orang yang berpuasa mereka untuk menahan diri dari segala
nafsunya selama satu bulan penuh, selain makan dan minum.
Kelak di akhirat, manusia yang
berhasil dan benar-benar memaknai puasa dengan sebaik-baiknya, maka ia akan
sampai pada derajat ketaqwaan yang paling tinggi terhadap Allah.
Semoga kita semua yang dengan ikhlas
menjalani ibadah puasa sanggup untuk sampai ke tujuan hakiki bulan puasa. Pada
dasarnya sesuatu yang dijalani dengan hati yang lapang dan ikhlas akan
diberikan kemudahan dan keberkahan dari setiap langkahnya oleh Allah SWT. Maka
dari itu jalani puasa selama satu bulan dengan penuh keikhlasan dalam hati
sehingga puasa yang kita jalani pada akhirnya tidaklah sia-sia.
Itulah kultum singkat yang dapat
saya sampaikan. Segala manfaat dan pengetahuan semua datangnya dari Allah,
sementara jika ada salah ucap atau perbuatan datanya dari saya, sebagai manusia
biasa. Semoga dengan lapang hati bisa dibukakan pintu maaf dengan lapang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Contoh 7
Puasa dan Sabar
Saudaraku Seiman.
Alhamdulillāh dihadapan kita ada
sebuah bulan yang mulia bulan Ramadhān, bulan Ramadhān merupakan bulan kita
bershaum yaitu berpuasa. Bulan Ramadhān adalah bulan untuk menempa kesabaran
kita.
Pada saat kita berpuasa ditempa
kesabaran kita di mana kesabaran yang ditempa di bulan Ramadhān ada 3 macam:
- Sabar untuk Mentaati Allāh
Karena kita berpuasa untuk mentaati
perintah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
- Sabar untuk Meninggalkan Maksiat
Karena saat kita berpuasa kita
dianjurkan untuk meninggalkan perbuatan maksiat.
- Sabar Menghadapi Musibah
Karena dahaga, lapar dan haus kita
adalah musibah yang menimpa kita.
Maka di bulan Ramadhān ini kesabaran
kita betul-betul ditempa, makanya bulan Ramadhān disebutkan juga dengan شَهْرُ
الصبر yaitu bulan kesabaran.
Karena kesabaran itu saudaraku
sekalian, merupakan pokok keimanan artinya modal keimanan.
Ali bin Abi Thālib berkata:
الصَّبْرُ مِنَ الْإِيمَانِ،
بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الْجَسَدِ
“Sabar di dalam keimanan bagaikan
kepala untuk badan kita.”
Sebagaimana badan kita tidak akan
hidup tanpa kesabaran artinya badan kita tidak akan hidup tanpa kepala,
demikian pula iman kita tidak akan hidup tanpa kesabaran.
Karena untuk masuk Surga itu berat,
perintah-perintah Allāh tidak sesuai dengan hawa nafsu kita, sementara
larangan-larangan Allāh sering kali sesuai dengan syahwat kita.
Di situlah kesabaran sangat kita
butuhkan.
Maka saudaraku sekalian, terlebih
betapa agungnya pahala kesabaran.
Allāh Ta’āla berfirman dalam
Al-Qur’ān:
إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ
أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍۢ
“Sesungguhnya orang-orang yang sabar
itu diberikan pahala tanpa batas.” (QS. Az-Zumar [39]: 10)
Bayangkan!
Oleh karena itu pahala shaum (puasa)
itu tanpa batas. Kalau amalan-amalan lain ditulis oleh Allāh 10 sampai 700 kali
lipat. Tapi untuk shaum karena ia berhubungan dengan kesabaran maka pahalanya
hanya Allāh yang Maha Tahu.
Betapa agungnya saudaraku sekalian
shaum dan betapa kita sangat membutuhkan shaum, karena di situlah kesabaran
kita sangat ditempa.
Di bulan Ramadhān ini kita akan
ditempa kesabaran kita, sabar untuk berpuasa, sabar untuk shalat tarawih, sabar
untuk membaca Al-Qur’ān, sabar untuk selalu di atas kebaikan, sabar untuk
meninggalkan kemaksiatan yang bisa merusak shaum kita.
Saudaraku Seiman
Maka kita berharap, mudah-mudahan di
bulan Ramadhān ini kesabaran kita semakin meningkat, kita tidak lagi berkata
bahwa kesabaran saya ada batasnya, tapi dengan adanya bulan Ramadhān kesabaran
kita menjadi tidak terbatas. Kita terus bersabar di atas keimanan kita dan
ketakwaan sampai kita meninggal dunia.
Semoga Allāh memberikan kepada kita kekuatan dengan datangnya bulan Ramadhān ini, dan dijadikan kita sebagai hamba Allāh yang sabar menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan yang menerpa. Sabar untuk mentaati Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan sabar untuk meninggalkan kemaksiatan kepada Allāh Azza wa Jalla.
Contoh 8
Ahli Dzikir dan Syukur
Alhamdulillah. Segala puji hanya
milik Allah SWT. Semoga Allah Yang Maha Mengetahui setiap isi hati
hamba-hamba-Nya, senantiasa melimpahkan petunjuk-Nya kepada kita sehingga kita
menjadi orang-orang yang istiqomah di jalan-Nya.
Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada kekasih Allah, baginda nabi Muhammad SAW.
Saudaraku, semoga kita menjadi ahli
dzikir dan ahli syukur. Rasulullah SAW. mengajarkan sebuah doa supaya kita
menjadi hamba yang ahli dzikir dan syukur. Doa tersebut berbunyi, “Allahumma
a’innii ‘ala dzikrika wa syukrika, wa husni ‘ibaadatik.’ (Ya Allah, bimbinglah
aku untuk mengingatMu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan
baik kepadaMu).” (HR. An Nasa’i dan Ahmad)
Menurut Rasulullah SAW, manusia itu
bisa menjadi makhluk yang ajaib. Manusia yang mana? Yaitu manusia yang beriman
kepada Allah SWT. Orang beriman itu manusia ajaib, dia tidak pernah rugi,
diberi nikmat dia bersyukur dan diberi ujian dia bersabar.
Keduanya menjadi kebaikan. Jadi
kalau kita memiliki dua keahlian saja, yaitu ahli dzikir dan ahli syukur, maka
tidak akan ada kejadian seperti apapun yang membuat kita rugi.
Allah akan melipatgandakan karunia
bagi hamba-Nya yang bersyukur. Kalau diumpamakan adalah seperti satu butir
benih yang jatuh ke tanah dan disiram hujan. Benih itu kemudian tumbuh menjadi
sebuah pohon yang semakin tinggi besar nan subur dan menjadi jalan kehidupan
bagi tumbuhnya pohon-pohon lainnya. Atau seperti anak sapi yang makan rumput,
kemudian dia tumbuh besar dan sehat,
menghasilkan daging dan susu yang berlimpah. Demikianlah gambaran Allah
melipatgandakan karunia bagi hamba-Nya yang bersyukur.
Maka jangan pernah takut akan nikmat
yang belum ada. Karena semuanya sudah ada di sisi Allah SWT.
Yang seharusnya kita takutkan adalah
jika kita tidak bersyukur atas karunia Allah yang telah kita rasakan selama
ini.
Padahal syukur itu adalah bagaikan
tali, yang mengikat nikmat yang telah ada dan menarik nikmat yang belum
ada.
Takutlah jika tali ini tidak ada di
dalam diri kita. Karena Allah SWT. berrman, “Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu..” (QS. Ibrahim [14] : 7)
Jadi sebenarnya jangan sibuk
memikirkan nikmat yang belum ada, melainkan sibuklah memikirkan syukur yang
belum ada atas segala nikmat yang telah kita rasakan selama ini. Karena yang belum
ada itu sudah janji Allah akan menambahkannya jikalau kita bersyukur.
Saudaraku, semoga Allah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita menjadi ahli dzikir dan ahli syukur. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
Contoh 9
Keutamaan 10 Hari Pertama Ramadhan
Alhamdulillah, kita telah memasuki
bulan suci Ramadhan. Bulan penuh ampunan, bulan penuh keberkahan.
Setiap ibadah pasti memiliki
keutamaan masing-masing. Demikian pula dengan puasa Ramadhan.
Hal ini wajib kita syukuri, karena
Allah SWT masih mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan.
Bersyukur akan nikmat sehat,
sehingga kita dapat menunaikan ibadah pada bulan yang sangat mulia ini.
Keutamaan Rukun Islam ketiga yang
hanya ada di bulan Ramadhan ini telah diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
dalam firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang
sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa” (QS. Al Baqarah: 183).
Bulan Ramadan merupakan bulan yang
penuh rahmat dan keistimewaan.
Pada bulan Ramadhan, semua amal
ibadah dilipatgandakan, pintu surga terbuka lebar dan pintu neraka ditutup
serta setan dibelenggu.
Tentunya setiap umat muslim tidak
ingin melewatkan kesempatan dalam meningkatkan kualitas ibadah agar lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Bulan Ramadan dibagi menjadi 3 fase
antara lain 10 hari pertama, 10 hari kedua dan 10 hari terakhir. Pada fase 10
hari pertama menjadi fase terberat bagi umat muslim dalam menjalankan ibadah di
bulan Ramadhan, sebab pada fase 10 hari pertama merupakan masa peralihan dan
beradaptasi dari pola makan biasa hingga puasa.
Namun, jangan sampai melalaikan
ibadah pada 10 hari pertama di bulan Ramadan. Seluruh rahmat dan pahala dari
Allah SWT akan terbuka lebar bagi siapa saja yang menjalankan amalan-amalannya.
Tentunya pada 10 hari pertama di
bulan Ramadan memiliki keutamaan-keutamaan. Apa sajakah keutamaan-keutamaan
itu?
- Terbukanya Pintu Rahmat
Pada 10 hari pertama di bulan
Ramadan, Allah SWT membuka seluruh pintu rahmat-Nya bagi hamba yang berpuasa
dan melakukan ibadah-ibadah.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
'Anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Awal bulan Ramadan adalah
Rahmat, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya 'Itqun Minan Nar (pembebasan
dari api neraka)."
- Memberi Keberuntungan
Bagi umat muslim yang menjalankan
ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya akan selalu dalam lindungan Allah SWT
dan selalu berad dalam pentunjuk-Nya.
Setiap perintah dalam al-Quran pasti
mengandung kebaikan, kemaslahatan, keberuntungan, manfaat, keindahan, keberkahan.
Sedangkan setiap larangan dalam
al-Quran pasti mengandung kerugian, kebinasaan, kehancuran, keburukan
(disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir (1/200)
- Menjaga Diri dari Perbuatan Buruk
Dalam menjalankan puasa Ramadhan,
umat muslim akan secara tidak sadar akan menjauhi dari perbuatan buruk sehingga
ibadahnya menjadi berkah dan mendapatkan banyak pahala dari Allah SWT.
- Dapat Melatih Diri melakukan Ibadah Sunnah
Siapapun umat muslim yang melakukan
ibadah puasa akan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Secara tidak langsung umat muslim
akan mengerjakan amalan-amalan sunnah seperti shalat tahajud, shalat dhuha,
shalat tarawih, membaca Al-Quran serta amalan-amalan lainnya.
- Membiasakan Diri untuk Shalat Berjamaah
Setiap malam di bulan Ramadhan, umat
muslim melaksanakan ibadah shalat tarawih secara berjamaah.
Dengan melaksanakan shalat isya dan
tarawih berjamaah, umat muslim akan terbiasa melakukan shalat secara berjamaah
setiap harinya.
Semoga setiap umat muslim yang melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan ini diberikan kelancaran serta keberkahan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Contoh 10
Orang-Orang yang Rugi di Bulan
Ramadhan
Tentu satu hal yang tidaklah kita
ragukan bahwasanya berjumpa dengan Ramadhan adalah satu nikmat yang besar. Akan
tetapi orang yang mendapatkan nikmat yang besar ini, belum tentu dia menjadi
manusia yang beruntung. Boleh jadi ada orang berjumpa dengan Ramadhan dan dia
menjadi manusia yang celaka. Dan sungguh betapa celakanya orang yang semacam
ini. Allah berikan kepadanya nikmat yang besar, namun dia malah menjadi manusia
yang celaka dalam nikmat besar dalam nikmat besar yang Allah berikan kepadanya.
Siapakah orang yang menjadi manusia
yang celaka, manusia yang merugi, pada saat Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberikan nikmat besar kepadanya?
Hal ini telah Nabi jelaskan dalam
satu hadits yang shahih diriwayatkan oleh At-Tirmidzi. Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ
رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Sungguh celaka seorang yang
berjumpa dengan bulan Ramadhan, kemudian Ramadhan itu berakhir dalam keadaan
Allah Subhanahu wa Ta’ala belum mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Tirmidzi)
Demikian yang Nabi sampaikan.
Manusia yang celaka di bulan
Ramadhan, manusia yang celaka dalam keadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberikan nikmat yang besar untuk dirinya adalah orang yang berjumpa dengan
bulan Ramadhan namun ketika Ramadhan berakhir ternyata Allah Subhanahu wa
Ta’ala belum mengampuni dosa-dosanya.
Padahal selama bulan Ramadhan
terdapat banyak amal yang jika dikerjakan akan menyebabkan ampunan Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Semisal amal berupa puasa. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam mengatakan:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang berpuasa dengan motivasi
yang benar karena iman dan mengharap ganjaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Allah ampuni dosa-dosanya yang lewat.”
Demikian juga Qiyam Ramadhan, Nabi
katakan:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang shalat tarawih di bulan
Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah
ampuni dosa-dosanya yang lewat.”
Demikian juga shalat dimalam hari
saat Lailatul Qadar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ
إِيماناً واحْتِسَاباً، غُفِر لَهُ مَا تقدَّم مِنْ ذنْبِهِ
“Siapa yang mengerjakan shalat
dimalam hari dan malam tersebut bertepatan dengan Lailatul Qadar, maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala ampuni dosa-dosa yang lewat.”
Terdapat banyak amal yang
disyariatkan di bulan Ramadhan yang menjadi sebab terampuninya dosa. Namun
ternyata ada orang yang Ramadhan berakhir dan Allah Subhanahu wa Ta’ala belum
mengampuni dosa-dosanya. Maka sungguh dia adalah orang yang teledor, sungguh
dia adalah orang yang ceroboh.
Waktu yang Allah berikan demikian
panjang. Satu bulan lamanya, boleh jadi 29 hari, menjadi 30 hari. Ternyata dari
sekian waktu lamanya ini dengan terdapat berbagai macam amal didalamnya yang
itu adalah amal-amal yang menghapus dosa, ternyata tidak mendapatkan bagian
dari orang-orang yang mendapatkan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka berarti, sungguh puasanya
adalah puasa yang sangat tidak berkualitas, shalat malamnya adalah shalat malam
yang betul-betul tidak ada nilainya dan tidak ada harganya, shalat tarawihnya
adalah shalat tarawih yang tidak ada faidahnya, dia hanya mendapat capek saja
dari shalat tarawih yang dia lakukan tersebut. Yang dia dapatkan dari puasa
yang dia kerjakan hanya lapar dan dahaga semata.
Inilah manusia yang celaka pada saat
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan nikmat kepadanya. Semoga Allah Subhanahu
wa Ta’ala melindungi kita semuanya dari keadaan tragis semacam ini.
Demikian contoh Kultum 7 Menit Ramadhan. Semoga bermanfaat