Sejarah Iduladha | lintas86.com

Sejarah Iduladha


lintas86.com, Ponorogo - Umat Islam akan merayakan Idul Adha setiap tanggal 10 Zulhijah. Hal ini diwujudkan dengan penyembelihan hewan kurban setelah salat hari raya.

Penyembelihan hewan kurban ini diterangkan dalam sebuah riwayat Imam Bukhari. Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa menyembelih hewan kurban sebelum salat (Idul Adha) maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri, dan barang siapa menyembelih kurban sesudah salat (Idul Adha) dan dua khutbahnya, sesungguhnya ia telah menyempurnakan ibadahnya, dan ia telah menjalani aturan Islam."

Selain itu, hewan kurban juga dapat disembelih pada hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah. Rasulullah SAW bersabda.

"Semua hari Tasyrik adalah waktu menyembelih kurban," (HR Ahmad).

Sejarah Idul Adha Berawal dari Kisah Nabi Ibrahim dan Putranya
Sejarah Idul Adha bermula dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang menjalankan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail AS. 

Hal ini bersandar pada suatu kisah yang terdapat dalam Al-Qur'an.

Ayat yang menerangkan tentang hal ini adalah firman-Nya dalam surah As Saffat ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ١٠٢

Artinya: "Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar."

Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan, anak yang dimaksud adalah Nabi Ismail AS, yang lebih tua daripada Nabi Ishaq AS. Ini merupakan kesepakatan kaum muslim dan kaum Ahli Kitab.

"Bahkan di dalam nas kitab-kitab mereka disebutkan bahwa ketika Ibrahim AS mempunyai anak Ismail, ia berusia delapan puluh enam tahun. Dan ketika beliau mempunyai anak Ishaq, usia beliau sembilan puluh sembilan tahun," jelas Ibnu Katsir.

Diceritakan pada suatu malam, Nabi Ibrahim AS bermimpi untuk menyembelih putranya, Ismail, ketia ia (Ismail) telah sampai pada usia sanggup bekerja bersama Ibrahim AS. Ubaid ibnu Umair mengatakan bahwa mimpi para nabi adalah wahyu. Hadits yang menyatakan hal ini terdapat dalam kitab-kitab Sittah.

Disebutkan dalam sebuah riwayat yang berasal dari Ibnu Abbas RA, Mujahid, Ikrimah, Sa'id Ibnu Jubair, Ata Al-Khurasani, dan Zaid ibnu Aslam dan lainnya, maksud dari firman-Nya 'Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya' adalah tumbuh dewasa dan dapat bepergian dan bekerja seperti yang dilakukan ayahnya.

Saat ia (Ibrahim) membaringkan puteranya yang siap untuk disembelih dan keduanya tunduk serta berserah diri kepada kehendak Allah SWT, maka digantikanlah Nabi Ismail AS dengan seekor sembelihan yang besar. Sejumlah riwayat mengatakannya kambing gibas.

Allah SWT berfirman:

"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim," (QS As Saffat: 103-109).

Menurut Ibnu Abbas, sembelihan sebagaimana diceritakan dalam ayat di atas merupakan kurban yang pertama dalam Islam.

Kisah Kurban Pertama Kali dan Turunnya Perintah Kurban 

Kisah Kurban Pertama Kali dari Anak-anak Nabi Adam AS

Kisah seputar kurban juga pernah terjadi sebelum Islam. Peristiwa ini terjadi di masa Nabi Adam AS. 

Mengutip buku Di Balik 7 Hari Besar Islam karya KH. Muhammad Sholikhin, kurban di masa tersebut dilakukan oleh anak-anak Nabi Adam AS.

Menurut tafsir Jalalain, al-Qurthubi, dan Ibnu Katsir, termasuk dalam tafsir Kementerian Agama RI, anak Nabi Adam AS yang dimaksud dalam hal ini adalah Qabil dan Habil. Mereka adalah anak pertama dan kedua Nabi Adam AS.

Kisah ini dijelaskan dalam Al-Qur"an surah Al Maidah ayat 27-31. Allah SWT berfirman:

Artinya: "Bacakanlah (Nabi Muhammad) kepada mereka berita tentang dua putra Adam dengan sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, kemudian diterima dari salah satunya (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Dia (Qabil) berkata, "Sungguh, aku pasti akan membunuhmu." Dia (Habil) berkata, "Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam. Sesungguhnya aku ingin engkau kembali (kepada-Nya) dengan (membawa) dosa (karena membunuh)-ku dan dosamu (sebelum itu) sehingga engkau akan termasuk penghuni neraka. Itulah balasan bagi orang-orang yang zalim." Kemudian, hawa nafsunya (Qabil) mendorong dia untuk membunuh saudaranya.209) Maka, dia pun (benar-benar) membunuhnya sehingga dia termasuk orang-orang yang rugi."

Turunnya Perintah Kurban bagi Umat Islam

Menurut Prof Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu Juz 4, ibadah kurban disyariatkan pada tahun ketiga Hijrah, bersamaan dengan zakat dan salat hari raya.

Perintah kurban tersebut temaktub dalam Al-Qur"an, As-Sunnah, dan ijma para ulama. Adapun, landasan kurban dari Al-Qur'an adalah firman Allah SWT:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ٢

"Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!" (QS Al Kautsar: 2).

Selain itu, firman yang menjelaskan perintah kurban juga terdapat dalam surah Al Hajj ayat 36. "Unta-unta itu Kami jadikan untukmu sebagai bagian dari syiar agama Allah."

Sementara itu, landasan dari As-Sunnah salah satunya sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang berasal dari Aisyah RA. Rasulullah SAW bersabda:

"Tidak ada satu amal pun yang dilakukan anak cucu Adam pada hari ray akurban yang lebih dicintai Allah SWT dibandingkan amalan menumpahkan darah (hewan). Sesungguhnya ia (hewna-hewan yang dikurbankan itu) pada hari kiamat kelak akan datang dengan diiringi tanduk, kuku, dan bulu-bulunya. Sesungguhnya darah yang ditumpahkan (dari hewan itu) telah diletakkan Allah SWT di tempat khusus sebelum ia jatuh ke permukaan tanah. Oleh karena itu, doronglah diri kalian untuk suka berkurban." (HR al Hakim, Ibnu Majah, dan at Tirmidzi yang mengatakan kualitas hadits ini hasan gharib).

Hukum kurban di hari Idul Adha menurut ketetapan jumhur ulama adalah sunnah bagi setiap orang yang mampu. (min)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url