Studio Gamplong Yogyakarta, Surganya Photo Hunting | lintas86.com

Studio Gamplong Yogyakarta, Surganya Photo Hunting


lintas86.com, Slemanmeski harus mendaki gunung, menuruni lembah, maupun mengarungi lautan. Wow, totalitas banget ya!

Ngomong-ngomong tentang photo hunting, ada satu objek wisata di Yogjakarta yang wajib banget sobat Atourin kunjungi. 

Objek wisata ini berbentuk perkampungan kecil dengan bangunan bernuansa klasik era kolonial. 

Kampung ini terdiri dari beberapa bangunan semi permanen dengan vibes seperti mini Hollywood lho! 

Kampung ini dikenal dengan nama Studio Alam Gamplong atau biasa disebut Studio Gamplong. 

Tempat wisata baru tersebut bisa dikatakan surgsnya photo hunting karena sangat cocok untuk dijadikan spot berfoto.

Di sini, kamu bisa berpura-pura menjadi seorang pemain film ternama yang sedang melakukan pengambilan gambar untuk film.

Sebab, sebelum dijadikan tempat wisata, Studio Alam Gamplong merupakan tempat pengambilan gambar untuk film milik sutradara Hanung Bramantyo berjudul Sultan Agung: The Untold Love Story di tahun 2017.

Tidak hanya itu, film Bumi Manusia juga ternyata melakukan pengambilan gambar di sana.

Seusai pengambilan film selesai, set yang telah didirikan tidak dirobohkan namun diberikan kepada Bupati Sleman saat itu Sri Purnomo untuk dijadikan sebagai tempat wisata baru dan telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 15 Juli 2018.

Walaupun studio alam tersebut memiliki set sementara yang bisa dirubuhkan kapan saja, akan tetapi Studio Alam Gamplong memiliki set permanen bernama Pendopo Serbaguna.

Di dalam tempat wisata tersebut terdapat beberapa zona yang bisa kamu kunjungi seperti Zona Replika Kranggan Surabaya, Pecinan, Benteng VOC, dan rumah tingkat yang terbuat dari kayu.

Studio Gamplong terletak di Gamplong 1, Sumberrahayu, Moyudan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55563. 

Dari pusat Kota Jogja, perlukan perjalanan sekitar 30 menit lamanya. Untuk rute, kita dapat mengandalkan bantuan Google Maps karena lokasinya relatif mudah dijangkau dengan bantuan Google Maps. Selain itu, ada banyak penunjuk jalan dan beberapa bus dengan rute melewati studio ini, seperti bus Jogja-Tempel, bus Trans Jogja KOR. 3A, dan Trans Jogja KOR 9. Hindari berkunjung pada hari Senin karena studio ini akan tutup. 

Selain itu, kita harus memperhatikan waktu kunjungan. Pastikan sobat berkunjung di antara pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore.

Studio ini hanya berisi jajaran bangunan bernuansa kolonial dengan bentuk dan gaya serupa, pembaca salah besar! 

Studio ini memiliki begitu banyak spot foto menarik dengan gaya yang beragam. Apa saja sih? Yuk intip spot-spot menarik di Studio Gamplong!

1. Rumah Nyai Ontosoroh & Annelise dalam Bumi Manusia

Bagi pembaca yang pernah menonton film Bumi Manusia, pasti dibuat melongo melihat megah dan cantiknya rumah Nyai Ontosoroh dan Annelis Mellema, kan? 

Rumah tradisional bertingkat dua ini merupakan maskot dari Studio Gamplong, loh! Dalam film, rumah ini berwarna merah, tetapi usai film Bumi Manusia ditayangkan, cat rumah ini diganti menjadi biru kehijau-hijauan.

Tak hanya megah di luarnya, di bagian dalam pun penuh akan perabotan-perabotan bangsawan di era itu.

Tak hanya rumah, di halamannya pun terdapat kereta kuda yang sering dipakai oleh Annelise. 

Kabar baiknya, pengunjung boleh memasuki rumah ini, lho! Namun, jumlah perharinya dibatasi dengan alasan bahwa struktur rumah ini belum terlalu kuat untuk menampung banyak orang. 

Wahh semoga pembaca beruntung ya bisa masuk dan melihat perabotan unik di dalam rumah cantik ini! 

2. Rumah Ainun dalam Habibie & Ainun 3 

Selain rumah Nyai Ontosoroh dan Annelise, berdiri pula rumah Ainun dalam Habibie & Ainun 3. Jika sobat ingat, film ini diperankan oleh aktris cantik Maudy Ayunda dan Reza Rahadian pada tahun 2019. 

Rumah dua tingkat berwarna putih keabuan dengan ornamen kayu ini akan sobat temui dengan mudah di penghujung rel kereta ketika sobat berkeliling “kota” dengan kereta trem. Wah serunya, sudah berkeliling melihat-lihat nuansa perkotaan, disambut dengan megahnya rumah Ainun, pula!    

3. Kompleks Pecinan

Kompleks ini merupakan salah satu ikon Studio Gamplong yang menggambarkan deretan kompleks toko sekaligus tempat tinggal etnis Tionghoa dan pasar tradisional. 

Dengan setting sekitar tahun 1600-1700 M, komplek ini menyuguhkan gambaran ekonomi masyarakat pada era tersebut. 

Anda bisa menjumpai toko-toko Cina, keranjang milik pedagang pikul, lapak pedagang rempah-rempah, dan berbagai lapak dagangan masyarakat Indonesia tempo dulu.

4. Deretan toko-toko tempo dulu

Kalau komplek Pecinaan cenderung mengusung arsitektur bangunan bergaya Tiongkok, deretan toko-toko tempo dulu ini mayoritas bergaya selayaknya bangunan modern di era kolonial. Termasuk dalam deretan ini adalah rumah jahit dan busana “Radjin”, ahli gigi “Sinar”, Toko Merah, serta Mirama Café. Bahkan di deretan pertokoan ini, terdapat hotel juga lho! Tiap bangunan toko punya warna dan model yang unik. Rumah jahit & busana “Radjin” didominasi warna biru dengan beberapa contoh pakaian yang dipajang di depannya, Mirama Café didominasi warna coklat yang teduh dan nyaman, serta hotel di ujung jalan yang didominasi warna putih. 

Jadi, jangan bayangkan semuanya terlihat sama dan monoton, ya!

5. Stasiun dan trem lawas

Didominasi warna putih dan abu-abu, “stasiun” di Gamplong ini siap melayani perjalanan kita berkeliling Studio Gamplong. 

Sejatinya, stasiun ini merupakan bagian dari replika Kota Surabaya di era kolonial. Oleh karenanya, di bangunan stasiun trem ini terpampang tulisan “Soerabaja”. Cukup dengan membayar Rp5.000,00, sebuah trem siap mengantar kita dalam suatu perjalanan “lintas dimensi waktu” dengan menyaksikan berbagai gaya dan arsitektur bangunan dari tahun 1600 M hingga 1900 M dari berbagai kota di Indonesia. 

Jika pembaca tak terlalu suka berjalan-jalan jauh namun juga tak ingin melewatkan spot-spot menarik disini, sobat Atourin wajib naik trem ini. 

Nah itu tadi beberapa spot foto menarik di Studio Gamplong. Masih ada spot-spot lain yang tak kalah menarik, seperti replika Benteng Batavia, Pendopo Sultan Agung, kompleks kampung Mataram, dan jembatan ungkit bergaya Belanda.

Pembaca mungkin bertanya-tanya, kenapa bangunan-bangunan di studio ini amat beragam dan tidak berfokus pada satu era saja? 

Nah, kembali lagi ke fungsi awalnya, studio ini memang dimaksudkan sebagai lokasi syuting beberapa film. 

Film Sultan Agung: the Untold Story, film Bumi Manusia, serta film Habibie & Ainun 3 yang memiliki latar waktu dan tempat yang berbeda. 

Itulah sebabnya arsitektur bangunan di studio ini amat beragam dan menggambarkan banyak periode.

Berapakah tarif yang harus sobat Atourin keluarkan untuk photo hunting di studio ini? 

Pada dasarnya, tiket masuk studio ini sifatnya sukarela. 

Di pagar depan terdapat sebuah kotak sebagai tempat pembayaran. 

Namun, ketika kita ingin naik kereta atau berkunjung ke museum yang ada, kita harus membayar untuk tiketnya. 

Seperti yang tertera di atas, untuk tiket trem serta tiket masuk Museum Habibie & Ainun, harganya sama, yakni Rp5.000,00 per orang. 

Untuk Museum Bumi Manusia dan Galery Antiques & Ruang Rahasia, masing-masing dipatok harga Rp10.000,00 untuk tiap kepala.

Berkeliling dan berfoto di sana sini tentu akan menguras energi kita, itulah sebabnya, Studio Gamplong menyediakan warung-warung yang menjual makanan lezat agar kita tetap kenyang dan senang. 

Salah satu rumah makan yang cukup terkenal adalah warung Darsam yang menjajakan berbagai olahan ayam, ikan, dan makanan tradisional berupa ingkung patala.

Nah bagi sobat Atourin yang hunting foto di studio ini, jangan lupa membawa buah tangan bagi keluarga di rumah. Salah satu buah tangan yang jelas unik dan bermanfaat adalah kain tenun produk asli warga Gamplong. 

Wilayah Gamplong sejatinya merupakan sebuah desa wisata yang merupakan sentra kerajinan tenun sejak tahun 1950. 

Sebagian penduduknya berprofesi sebagai penenun dan menghasilkan kain-kain tenun nan indah. Kain-kain ini dihasilkan dari helai demi helai benang yang disatukan menggunakan alat tenun tradisional. Kualitas tenun ini tak main-main. 

Oleh karenanya, tenun produksi Desa Gamplong banyak digunakan sebagai kain lurik busana Jawa dan stagen (semacam sabuk lebar untuk melilit perut). 

Selain itu, ada banyak kerajinan berupa tas, dompet dan berbagai aksesoris lain karya warga sekitar.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url