Kirab Pusaka di Bumi Reog, Ponorogo: Memperingati Sejarah Perpindahan Pusat Pemerintahan | lintas86.com

Kirab Pusaka di Bumi Reog, Ponorogo: Memperingati Sejarah Perpindahan Pusat Pemerintahan

Kirab Pusaka di Bumi Reog, Ponorogo: Memperingati Sejarah Perpindahan Pusat Pemerintahan.

lintas86.com, Ponorogo - Kirab Pusaka di Bumi Reog, Ponorogo, menjadi salah satu acara tahunan yang paling dinanti oleh masyarakat setempat. 

Pada tahun 2023, kirab pusaka ini dilaksanakan pada Selasa (18/7/2023) sore dan diikuti oleh ribuan warga yang sangat antusias. 

Kirab pusaka dimulai dari makam Batoro Katong di Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, dan diikuti oleh tiga pusaka yang dibawa oleh tiga lurah dari Kecamatan Jenangan.

Kirab pusaka ini juga memiliki makna sejarah yang penting bagi masyarakat Ponorogo. 

Acara ini menjadi simbol perpindahan pusat pemerintahan dari Kota Lama ke Kota Tengah pada tahun 1837 saat bupatinya Eyang Mertonegoro. 

Sejarah awalnya bahwa Kabupaten Ponorogo ada empat Kadipaten, yaitu Pedanten, Kuto Wetan, Sumoroto dan Polorejo. 

Keempatnya memiliki kekosongan kepemimpinan dan dijadikan satu Kadipaten dan dipimpin oleh Mertonegoro, menjadi Kabupaten Ponorogo. 

Kirab pusaka ini menjadi salah satu cara untuk memperingati sejarah perpindahan ibu kota Kabupaten Ponorogo.

Kirab pusaka ini disaksikan oleh ribuan pasang mata di sepanjang rute kirab dan diikuti oleh Forpimda seperti Kapolres Ponorogo, AKBP Wimboko, Dandim 0802 Letkol Inf Hirta Juni, serta para kepala dinas di Kabupaten Ponorogo. 

Di belakang rombongan pusaka, terdapat Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko beserta istri yang dibawa dengan kereta kuda, diikuti oleh Wakil Bupati, Lisdyarita.

Menurut salah satu budayawan Ponorogo, Sunarso, kirab pusaka ini juga bagian dari napak tilas perpindahan pusat kota Ponorogo dari Kota Lama ke Kota Tengah. 

"Kirab pusaka ini simbol perpindahan pusat pemerintahan dari Kota Lama ke Kota Tengah. Perpindahan itu terjadi pada tahun 1837 saat bupatinya Eyang Mertonegoro," kata Sunarso.

Dalam kirab pusaka ini, terdapat tiga pusaka yang dikirab, yaitu Payung Songsong Tunggul Wulung, Tombak Tunggul Nogo dan Angkin Cinde Puspito. 

Ketiga pusaka ini memiliki makna dan nilai sejarah yang penting bagi masyarakat Ponorogo. 

Acara ini menjadi salah satu cara untuk melestarikan budaya dan sejarah daerah serta memperkenalkannya kepada masyarakat luas. (min)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url