Sejarah Palang Merah, Berawal dari Nerkai, PMI, hingga Lahirnya PMR
lintas86.com, Ponorogo - Palang Merah Indonesia ( PMI) lahir untuk membantu sesama dalam bidang sosial dan kemanusian. Inisiasi pertama datang dari dua orang Indonesia bernama dr RCL Senduk dan Bahder Djohan pada 1932.
Keduanya sepakat untuk membentuk badan kemanusiaan, namun di bawah pengawasan bumiputra. Rencana tersebut mendapat penolakan dari Kolonial Belanda yang masih menjajah Indonesia.
Badan kemanusiaan sedianya memang hanya ada satu dalam sebuah negara. Sedangkan posisi Indonesia ketika itu belum merdeka.
Saat itu sudah ada (Nederlands Rode Kruiz Afdelinbg Indie (Nerkai) yang merupakan organisasi palang merah.
Nerkai sendiri merupakan organisasi yang semula bernama Het Nederland-Indiche Rode Kruis (NIRK), yang didirikan pada 21 Oktober 1873.
Setelah proklamasi kemerdekaan, PMI baru bisa terealisasi setelah Menteri Kesehatan Buntaran menyiapkan pembentukan badan tersebut.
Kemudian, 17 September 1945 menjadi saksi lahirnya badan kemanusiaan "milik bangsa Indonesia" terlepas dari bayang-bayang penjajah.
Serah terima naskah dari Nerkai ke PMI terjadi pada 16 Januari 1950, setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia.
Sejak saat itu, PMI mulai fokus terhadap memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat.
Setelah berjalan, PMI mulai berpikir untuk memberikan pengenalan badan ini kepada lingkungan remaja yang akhirnya terbentuk Palang Merah Remaja (PMR).
Lahirnya Palang Merah Remaja
Setelah serah terima aset dari Nerkei ke PMI, kini tinggal untuk mematangkan fokus dan arah tujuan dari PMI.
Berbagai kegiatan diselenggarakan, hingga bergabungnya keanggotaan PMI ke Komite Palang Merah Internasional.
Kongres PMI juga dilakukan untuk mematangkan fungsi dari badan ini. Pada 25-27 Januari 1950, dilaksanakan Kongres PMI ke-4 di Jakarta.
Ketika itu muncul sebuah gagasan untuk membentuk badan ini untuk tingkat pemuda.
Gagasan tersebut dilatarbelakangi ketika Perang Dunia I, Austria mengarahkan anak-anak sekolah untuk membantu kegiatan perang sesuai kemampuannya.
Anak-anak muda bisa mengumpulkan pakaian bekas, mengumpulkan majalah / koran bekas, dan mengumpulkan serta menghimpun barang yang bisa digunakan dalam pertempuran.
Dari situlah, ide ini diterapkan dengan berdirinya Palang Merah Remaja (PMR).
PMR resmi dalam pelatihan pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI.
Dari situlah, akhirnya PMR diterapkan di beberapa sekolah yang ada di Indonesia.
PMR terbagi mejadi tiga tingkatan:
- PMR Mula untuk tingkatan sekolah dasar,
- PMR Madya untuk sekolah menengah pertama
- PMR wira untuk sekolah menengah atas.
Setiap anggota PMR harus mendapatkan pelatihan sebelum terlibat dalam setiap kegiatan.
Dalam Harian Kompas edisi 27 Mei 1974, dibahas sebagai anggota PMR diberikan materi pokok PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) oleh PMI.
Baru setelah disetujui lulus, mereka diberikan kartu anggota, tanda pengenal dan seragam resmi.
Tidak setiap waktu ada kegiatan, oleh karena itu untuk mengisi waktu senggang biasanya PMR diberikan tugas utuk melengkapi dana pada bulan PMI, kunjungi rumah sakit dan panti asuhan.
Di rumah sakit dan panti asuhan, mereka memberikan hiburan melalui berbagai kegiatan yang membantu meningkatkan faktor-faktor psikologi seseorang agar segera pulih.
Selain acara-acara seperti itu, PMR juga menyelenggarakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kebersamaan antar-anggota kelompok.
Kegiatan yang bernama Jumbara atau Jumpa Bakti Gembira yang merupakan jambore seperti yang diminta organisasi pramuka.
Hanya organisasi ini yang diadakan pada setiap putaran seperti kabupaten, daerah dan bahkan nasional. (Sumber : pmi.or.id)